“Manisnya Nikmat Setelah Peluh Mengering”
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah dan pegunungan, hiduplah seorang pemuda bernama Fikri. Ia berasal dari keluarga sederhana, ayahnya seorang petani, dan ibunya menjahit pakaian untuk membantu ekonomi keluarga. Sejak kecil, Fikri terbiasa hidup dalam keterbatasan. Namun satu hal yang selalu ditanamkan ayahnya adalah kalimat dalam bahasa Arab yang diulang-ulang setiap kali mereka merasa lelah bekerja:
“Wa mal ladzzatu illa ba’dat ta’bi” – Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan.
Fikri membawa kalimat itu ke mana pun ia pergi. Ketika ia harus berjalan kaki sejauh 7 kilometer setiap hari untuk bersekolah, ia mengulang kalimat itu dalam hati. Ketika teman-temannya bermain sementara ia membantu ibunya menjahit di malam hari, ia menghibur diri dengan kalimat itu. Dan ketika ia gagal masuk perguruan tinggi pada tahun pertama, kalimat itu menjadi penyemangatnya untuk mencoba lagi.
Tahun demi tahun berlalu. Fikri terus berjuang. Ia belajar di bawah cahaya lampu minyak, bekerja serabutan demi membeli buku, dan menahan rasa malu saat mengenakan seragam yang telah berulang kali ditambal. Tapi ia tak pernah menyerah.
Hingga akhirnya, kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia lulus ujian masuk di universitas impiannya dengan beasiswa penuh. Bahkan, beberapa tahun kemudian, ia menjadi lulusan terbaik dan mendapatkan kesempatan studi lanjut ke luar negeri.
Saat ia berdiri di podium wisuda, mengenakan toga dengan air mata haru di mata kedua orang tuanya, Fikri teringat semua kepayahan itu. Dan ia pun berbisik pelan:
“Wa mal ladzzatu illa ba’dat ta’bi.”
Kebahagiaan sejati, pikirnya, memang hanya terasa manis setelah melewati rasa pahit perjuangan.
Info selengkapnya: www.zakat-center.com
Yuk, jadi Orang Tua Asuh Santri!
Satu sedekahmu, bisa jadi pintu keberkahan yang luas—dunia dan akhirat.
Kirim Donasi Sedekah, Zakat Rekening berikut
Bank Syariah Indonesia / BSI
7274 7274 75
a.n. YYS Zakat Center Thoriqotul Jannah Indonesia
(Kode Bank 451)
