“Kambing Kurban untuk Tetangga Yahudi”
Angin pagi Idul Adha berhembus sejuk di kota Madinah. Di rumah yang sederhana namun penuh berkah, Abdullah bin Umar berdiri sambil memandang kambing kurban yang telah ia pilih dengan hati-hati. Suasana rumah penuh semangat ibadah. Hari ini bukan sekadar hari penyembelihan, tapi hari pengorbanan—hari mengenang ketaatan Nabi Ibrahim AS, hari berbagi, hari untuk menghidupkan kasih sayang.
Abdullah bin Umar, putra dari Umar bin Khattab dan sahabat Nabi Muhammad SAW, dikenal luas bukan hanya karena kedalaman ilmunya, tetapi juga karena kelembutan hatinya. Hari itu, setelah kambing disembelih dan dagingnya dibagi untuk keluarganya, ia pulang dengan wajah tenang. Namun, begitu ia melangkah ke dalam rumah, pandangannya langsung tertuju ke pelayannya.
“Apakah kalian sudah memberikan daging itu kepada tetangga kita, si Yahudi itu?” tanyanya penuh perhatian.
Semua terdiam sesaat. Abdullah bin Umar mengulang pertanyaannya, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan hati yang lebih lembut, “Apakah kalian sudah memberikannya kepada tetangga kita yang Yahudi?”
Mereka menggeleng. Beliau menarik napas dan berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Senantiasa Jibril mewasiatkan aku tentang tetangga, hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.’”
Ia tidak menunggu lebih lama. Sebagian daging itu segera ia kirimkan kepada tetangganya yang berbeda agama. Bukan karena politik, bukan karena strategi dakwah, tapi karena iman. Karena kasih sayang yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang tidak mengenal batas agama dalam hal berbuat baik.
Di balik tembok rumah yang berbeda keyakinan itu, seorang lelaki tua Yahudi menerima bungkusan daging dengan mata terbelalak. Ia mengenal Abdullah bin Umar bukan hanya sebagai Muslim, tapi sebagai manusia—yang memuliakan tetangga melebihi batas sekat-sekat dunia.
Hari itu, nilai-nilai Islam bukan hanya didengar di mimbar, tapi hidup di jalanan Madinah. Abdullah bin Umar, lewat sepotong daging kurban, menunjukkan bahwa Islam bukan hanya soal ritual, tetapi tentang cinta yang tidak mengenal batas.
—
Pelajaran dari Abdullah bin Umar
Tradisi kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan. Ini adalah perayaan pengorbanan, kasih sayang, dan kepedulian sosial. Dalam dunia yang semakin terpecah oleh perbedaan, kisah ini mengajarkan kita bahwa berbuat baik kepada siapa pun—tanpa melihat agamanya—adalah bagian dari iman.
Sebagai umat Islam, kita diajak meneladani sikap luhur ini. Dan sekarang, kamu juga bisa ikut menebar kebaikan melalui kurban yang tidak hanya bermakna ibadah, tapi juga menjembatani hati-hati yang berbeda.
Ayo Berqurban di TJI Farm Zakat Center!
Sebarkan kebaikan, perluas kasih sayang, dan jadikan kurbanmu berarti.
Nikmati Promo Berhadiah khusus hingga 10 Mei 2025.
Qurban mudah, berkah pun melimpah.