JEJAK HIKMAH DI BALIK QURBAN: Refleksi Nilai Ikhlas dan Sosial dalam Tradisi Keagamaan
Abstrak
Idul Adha merupakan momentum spiritual yang sarat dengan nilai pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian sosial. Artikel ini mengangkat narasi seorang remaja bernama Ilham yang menemukan makna qurban melalui pengalaman batin dan lingkungan sosialnya pasca wafatnya sang ayah. Melalui pendekatan kualitatif reflektif, artikel ini menyoroti bagaimana praktik qurban tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga mendidik jiwa untuk melepaskan ego, memperkuat solidaritas sosial, dan menumbuhkan ketulusan dalam berbagi. Studi ini juga memperkuat urgensi program qurban kolektif dan donasi berbasis komunitas sebagai bentuk pemberdayaan umat.
Pendahuluan
Qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam Islam yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha. Lebih dari sekadar penyembelihan hewan, qurban mengandung dimensi spiritual yang mendalam, meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (QS. As-Saffat: 102-107). Dalam konteks sosial, qurban juga menjadi sarana distribusi keadilan dan kepedulian terhadap sesama, terutama kaum dhuafa.
Metode
Artikel ini menggunakan pendekatan naratif-reflektif dengan studi kasus tokoh Ilham, sebagai representasi generasi muda Muslim yang mengalami transformasi makna qurban dari pengalaman pribadi. Data naratif ini diperkuat dengan literatur keislaman dan sosial keagamaan.
Hasil dan Pembahasan
Ilham adalah representasi dari remaja yang kehilangan figur ayah sebagai panutan dan penyokong ekonomi keluarga. Dalam kekosongan itu, sang ibu menjadi figur pendidik nilai spiritual. Ungkapan “qurban itu bukan soal besar kecilnya hewan, tapi tentang seberapa besar kita rela melepas demi Allah” menjadi titik balik kesadaran Ilham.
Hal ini selaras dengan pandangan Quraish Shihab (2006), bahwa qurban sejatinya adalah “penyerahan total kepada kehendak Ilahi, bukan semata penyembelihan hewan.” Dalam konteks ini, Ilham belajar menyembelih egonya dan menumbuhkan empati, sebagaimana terlihat dari interaksinya dengan tetangga dan anak kecil yang menerima daging qurban.
Penelitian Alfitri (2019) menunjukkan bahwa nilai sosial qurban mendorong terwujudnya solidaritas antarwarga dan mengurangi kesenjangan sosial. Oleh karena itu, kampanye donasi qurban seperti yang dilakukan oleh lembaga seperti Zakat Center melalui TJI Farm sangat strategis, karena memperluas partisipasi masyarakat dalam berbagi kepada kelompok rentan seperti santri, yatim, piatu, dan mualaf.
Kesimpulan
Makna qurban tidak berhenti pada ritual semata, tetapi harus menjelma dalam laku kehidupan berupa keikhlasan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. Kisah Ilham mencerminkan bahwa hikmah qurban bisa tumbuh dari keterbatasan, bukan kemewahan. Qurban sejati adalah ketika seseorang mampu berbagi dalam kondisi apa pun, sebagaimana diajarkan dalam spirit Nabi Ibrahim.
Daftar Pustaka
- Quraish Shihab. (2006). Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan.
- Alfitri. (2019). “Qurban and the Ethics of Giving in Islam: A Socio-Religious Perspective.” Journal of Islamic Philanthropy, 5(2), 34-49.
- Departemen Agama RI. (2013). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.