“Bayangan yang Hilang”

Dakwah

Namanya Dimas. Pintar berbicara, pandai membawa diri, dan selalu jadi pusat perhatian di sekolahnya. Ia punya banyak teman—atau setidaknya, itulah yang ia kira.

Dimas punya satu kebiasaan: melebih-lebihkan cerita. Awalnya tampak lucu, bahkan menghibur. Tapi lama-kelamaan, orang mulai menyadari, ada yang tak beres. Nilai ujiannya tak sesuai dengan prestasi yang ia pamerkan. Janji yang ia ucapkan sering tak ditepati. Cerita tentang keluarganya pun berubah-ubah, tergantung siapa pendengarnya.

Satu per satu teman mulai menjauh. Grup chat sepi, bangku sebelahnya di kelas kosong. Bahkan sahabat dekat yang dulu selalu membela, kini memilih diam.

Hingga suatu hari, guru kesayangannya memanggilnya ke ruang guru. Dengan lembut, sang guru menatap matanya dan berkata,

“Dimas, kamu tahu pepatah Arab ini? Man qalla shidquhu qalla shadiiquhu. Siapa yang sedikit jujurnya, maka sedikit pula temannya. Teman sejati hanya tinggal jika kamu menjadi diri sendiri, bukan bayangan dari kebohongan.”

Sejak hari itu, Dimas mulai berubah. Ia belajar berkata apa adanya. Ia tak lagi malu mengaku salah. Butuh waktu—panjang dan berat—tapi satu demi satu, teman-teman mulai kembali. Bukan karena cerita hebatnya, tapi karena kejujurannya.

Kadang kita takut terlihat biasa. Tapi jujur adalah hal luar biasa yang membuat kita dicintai apa adanya.